Rabu, 16 April 2014

Cara Memegang Kamera

Cara memegang kamera digital saat memotret merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan tingkat ketajaman serta fokus dari foto-foto yang kalian ambil. Alasan utama kenapa terciptanya foto yang blur adalah dikarenakan oleh goncangan kamera.

Berikut Cara Baik Memegang Kamera :

Gunakan telapak tangan kiri untuk menyangga lensa dan bodi kamera DSLR, sambil jari-jari mengatur titik fokus (manual) dan mengatur zooming


Tangan kanan memegang grip pada bagian kanan bodi kamera DSLR untuk mengurangi camera shake, sambil jari-jari bekerja mengatur mode dial dan menekan tombol shutter dengan telunjuk jari kanan.

Jika anda menghendaki memotret dalam format vertikal, posisi tangan tetap sama, tangan kiri menyangga lensa dan bodi kamera DSLR dan tangan kanan memperkuat keseimbangan. Tekan tombol shutter dengan telunjuk jari tangan kanan.


Tipe-Tipe Lensa DSLR

      Sudah terdapat banyak kemera dan banyak produsen kamera digital menawarkan berbagai macam lensa dengan kualitas serta harga yang sangat beragam. Perlu diingat juga bahwa setiap fotografer memiliki gaya foto yang berbeda, mereka memiliki karakter memotret tersendiri,


Berikut adalah tipe-tipe lensa DSLR :

  • Lensa Kit (standar/normal) : Biasa disebut lensa normal, berukuran 50-55mm dan memberikan karakter bidikan natural. Gambar yang dihasilkan tidak akan beda jauh dengan apa yang dilihat oleh mata. Gambaran tersebut didapat karena panjang fokus lensa sebanding dengan jarak diagonal bidang fokal dengan sudut pandang diagonal sekitar 53 derajat.
  • Lensa Wide Angle (Lensa Sudut Lebar) Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini dapat membuat subjek lebih kecil dari ukuran sebenarnya. Dengan lensa jenis ini, kita dpat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa kit (standar) di dalam ruangan. Semakin peendek jarak fokusnya maka semakin lebar pandangannya. lensa dengan panjang fokus lebih pendek daripada lensa normal, sesuai dengan ukuran bingkai citra pada bidang film pada kamera film, maupun dimensi sensor foto pada bidang fokal pada kamera digital. Menurut standar fotografi, lensa normal adalah lensa yang mempunyai panjang fokus mendekati panjang diagonal bidang fokal. Lensa sudut lebar dengan panjang fokus yang lebih pendek akan memproyeksikan lingkaran citra yang lebih besar ke bidang fokal.  UKuran lensa ini beragam mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm dan 35 mm
  • Lensa Tele : merupakan kebalikan dari lensa Wide Angle. Fungsi lensa ini untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan pandangan sekitarnya. Namun, hal ini tidak menjadi masalah karenan lensa tele memang di gunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada objek yang di tujunya. Lensa ini digunakan oleh fotografer unutk untuk memotret objek dari jarak jauh, seperti foto candid atau landscape.
  • Lensa Zoom : Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide angle dan lensa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200 mm. lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang cukup lebar. Lensa zoom banyak digunakan sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai yang dibutuhkannya.
  • Lensa Fix : adalah lensa dengan panjang fokus tunggal. Lensa tetap sering dikatakan mempunyai nilai lebih pada ketajaman hasil. Dengan ukuran yang lebih kecil, lensa tetap mempunyai bobot yang lebih ringan. Lensa prima juga mempunyai kelebihan pada kecepatan lensa dan dengan diameter tingkap yang besar (nilai bukaan yang kecil), sebuah lensa tetap menjadi lebih handal untuk digunakan pada pemotretan low light photography dan menimbulkan efek  blur dengan kedalaman ruang yang rendah.
  • Lensa Fish Eye : merupakan lensa Wide Angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan dari lensa ini akan cenderung melengkung, terdistorsi menjadi oval dan terlihat seperti gepeng.

Konsep Exposure Triangle

      Terdapat tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami eksposur, ISO, Aperture, Shutter Speed. ketiganya saling berkaitan satu sama lain dan sering dinamakan sebagai sebuah Segitiga Fotografi. Setiap elemen dalam segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.

      Prinsip dasar Exposure adalah tentang seberapa terang atau gelap kah foto-foto Anda, tingkat kecerahan itu mengacu pada jumlah cahaya yang terekam oleh sensor kamera yang Anda gunakan. Sebuah foto yang memiliki exposure pas atau normal bisa dilihat dari membandingkan tingkat kecerahan foto Anda dengan obyek foto aslinya.

Perumpamaan
Eksposur dapat diumpamakan sebagai “Keran Air”.
  • Shutter speed dapat diumpamakan seberapa cepat air masuk.
  • Aperture dapat diumpamakan seberapa lebar kita membuka keran.
  • ISO dapat diumpamakan banyaknya jumlah air yang masuk.

Memahami Aperture

Apertur atau biasa dibilang bukaan atau diafragma menjadi hal yang sangat penting di dalam fotografi, yang juga termasuk dalam “Exsposure Triangle”
Aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto. Ketika menekan tombol shutter kamera, sebuah lubang dalam kamera Anda akan terbuka dan membuat sensor kamera menangkap gambar dari obyek yang akan dipotret.

Settingan aperture lah yg menentukan seberapa besar ukuran lubang di dalam kamera, Semakin besar lubang maka semakin banyak jumlah cahaya yang masuk terbaca oleh sensor, begitu juga sebaliknya semakin kecil lubang maka semakin sedikit cahaya yang masuk.

Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. atau biasa kita lihat  f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/22. bukaan besar di lambangkan f/stop dengan nomor atau bilangan lebih kecil dan aperture (bukaan) kecil memiliki bilangan f-stop yang lebih besar. Jadi f2/8 memiliki bukaan jauh lebih besar dari f/22.

Depth of Field
Depth of field (DOF), adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam foto. Depth of Field yang lebar berarti sebagian besar obyek foto (dari obyek terdekat dari kamera sampai obyek terjauh) akan terlihat tajam dan fokus. Sementara DOF yang sempit/shallow berarti hanya bagian obyek pada titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.

Contoh DOF Lebar

Contoh DOF Sempit


Selasa, 15 April 2014

Memahami ISO




      ISO atau ASA dapat didefinisikan sensitifias sensor kamera terhadap cahaya. Parameter ISO diukur dengan menggunakan angka. Semakin rendah ISO yang tertera semakin rendah juga sensitifitas kamera terhadap cahaya. Pengaturan ISO tinggi biasanya digunakan untuk mendapatkan kecepatan/ Shutter Speed yang cepat pada kondisi ruangan yang kekurangan cahaya atau gelap, contoh: pemotretan pada malam hari..


      Kita banyangkan saja sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera saya set di ISO 200, artinya saya memiliki 200 lebah pekerja, dan jika kamera saya set di ISO 400 artinya saya memiliki 400 lebah pekerja. Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui lensa kamera dan membuat gambar.

      ISO 100 pada umumnya diterima sebagai ukuran ISO yang normal dan akan memberikan hasil yang memuaskan, sedikit noise atau grain. Kebanyakan orang lebih memilih untuk mengatur ISO pada kamera mereka dengan 'Auto Mode', dimana kamera akan menentukan pengaturan ISO yang tepat berdasarkan kondisi pada saat pemotretan (setting secara otomatis serendah yang kamera bisa).

      Anda bisa menentukan pengaturan ISO Anda sendiri, anda akan menjumpai bahwa itu akan berpengaruh terhadap aperture serta shutter speed, dan pengaturan ketiga-nya harus diselaraskan untuk mendapatkan exposure yang tepat. Sebagai contoh, jika Anda berniat meninggikan ISO dari 100 ke 400 maka Anda akan mendapatkan Shutter Speed yang  lebih atau Aperture yang lebih kecil.